Dakwah dalam kubur
Dakwah dalam kubur By: Gus Nur
Seorang pria tengah berceramah di atas podium. Di belakangnya tampak beberapa orang pria lain dalam pakaian serba putih dengan kopiah putih pula, sedang membaca shalawat dan melantunkan dzikir. Tidak ada yang istimewa sebenarnya, dari dakwah pria yang akrab disapa Gus Nur itu. Namun, di pertengahan ceramah yang dilakukannya, beberapa pria yang duduk di belakang tadi, segera mengafani si penceramah, kemudian memasukkannya dalam keranda mayat, lalu dikuburkan.
Tak lupa, mikropon yang dipegang penceramah ketika di atas podium, dimasukkan pula ke dalam kubur. Setelah dikafani, ia dibaringkan di liang lahat, diadzani dan diqamati. Ditutup papan dan ditimbun dengan tanah layaknya orang yang telah meninggal. Di atas tanah itu dipancang sebuah nisan. Satu di antara yang pernah tertulis di nisan itu adalah “Gus Nur untuk Aceh”. Dari dalam kubur atau, persisnya, dalam tanah itulah Gus Nur melanjutkan ceramahnya. Dari dalam tanah itu pula, Gus Nur memberikan taushiyah yang kebanyakan bertema kematian atau alam barzakh. Kadang dia menggambarkan tentang keadaan mayat pejabat yang korupsi, mayatnya di siksa di dalam kubur, menceritakan tentang orang yang matinya sulit dan lain-lainnya. Tak ubahnya seperti banyak sinetron yang tayang di layar kaca. Dakwah dalam kubur. Kata-kata ini begitu populer sekarang. Dipopulerkan oleh Gus Nur sendiri, seorang mubaligh muda asal Probolinggo. Tentu saja, dakwah Islam dengan cara aneh menggunakan media yang aneh pula, mengundang rasa penasaran orang-orang. Akibatnya, ribuan massa kerap berbondong-bondong mendatangi lokasi dakwah Gus Nur. Dakwah yang dianggap nyeleneh ini memang mengundang kontoversi. Tapi, pria berumur 31 tahun itu menganggap kontroversi sebagai sebuah konsekuensi. Justru Gus Nur berharap dakwah kuburnya itu tetap diwarnai kontroversi. “Saya justru senang dengan adanya pro kontra ini. Dengan demikian akan mempromosikan dakwah yang saya lakukan,” ujarnya pada Chairul Akhmad dari SABILI saat mendatanginya di Probolinggo. Gus Nur bahkan menganggap kontroversi itu sebagai sunnatullah yang memang harus terjadi. Menurut dia, maksiat saja ada yang mendukung dan tidak, apalagi ini adalah dakwah. “Justru kalau tidak ada pro kontra malah tidak seru,” katanya sembari tertawa. Sebagian kalangan menganggap dakwah Gus Nur itu sesat dan menyesatkan. Ada juga yang melabelinya sebagai bid’ah, karena melakukan dakwah yang tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Tapi lagi-lagi Gus Nur tenang-tenang saja menanggapinya. “Sunan Kalijaga melakukan dakwah dengan menggunakan media seni budaya seperti wayang, padahal Rasulullah tidak pernah melakukan itu. Apakah itu dapat dianggap bid’ah?” jawab Gus Nur, menangkis. Gus Nur mengaku bahwa metode dakwah yang dilakukannya juga dianggap melanggar syariah. Namun, ketika ia mencari dalam al-Qur’an, lelaki dengan nama lengkap Sugi Nur Raharja ini mengaku tidak menemukan sesuatu yang bertentangan dengan syariah. “Saya akui bahwa yang saya lakukan ini adalah dakwah model baru. Aa Gym itu juga melakukan dakwah model baru. Dia selalu membawa laptop (notebook), memakai SMS ( short message service – layanan pesat singkat) dan email (surat elektronik) dalam dakwahnya. Sedangkan Rasulullah sendiri tidak pernah memakai laptop, apakah itu juga dianggap bid’ah?” katanya lagi setengah bertanya. Dari sinilah Gus Nur yakin bahwa Rasulullah tidak akan marah dengan apa yang dia lakukan. “Bagaimanapun juga, saya yang tahu apa yang saya lakukan. Justru dengan cara seperti inilah saya mengekspresikan kecintaan saya kepada Rasulullah,” tegasnya. Kalangan pemikir maupun intelektual juga menganggap dakwah dalam kubur ala Gus Nur ini keluar dari akal sehat. Namun Gus Nur lagi-lagi menolak. Pria ini pada SABILI mengaku dirinya sempat shock dengan berbagai tudingan. Utamanya saat dia dituding menyesatkan umat dengan caranya berdakwah. Tapi setelah membolak-balik al-Qur’an dan mencari makna kesesatan, ia kembali tenang dan melakukan dakwahnya. Malah kali ini lebih semangat lagi. Itu semua karena ia berpendapat, bahwa manusia tidak bisa menyesatkan manusia lainnya, kecuali dengan izin Allah. Dalam penafsiran Gus Nur, seringkali ada ketidaksamaan antara hukum yang tertulis dan tidak tertulis. Karena itu pula ia berani menjalani dakwah kubur yang digagasnya. “Saya yakin tidak menyesatkan umat, bahkan saya merasa lurus melalui jalan ini,” katanya tegas. Selain bid’ah dan menyesatkan, dakwah kubur Gus Nur ini juga dinilai melanggar syariat. Tapi lagi-lagi ia membantah. “Setelah saya renungkan semua yang ada dalam rukun iman dan Islam itu, ternyata tak satu pun syariat saya langgar,” ungkap mantan pemain debus ini. Walau diiringi kontroversi, sejauh ini Gus Nur mengaku belum pernah dipanggil oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia). “Kalau saya tidak dipanggil oleh MUI, berarti kan tidak ada masalah,” katanya. Dalam tiap dakwahnya, Gus Nur memang kerap membuka ceramah dengan permintaan maaf kepada semua pihak, terutama MUI. Jika memang dakwahnya dianggap sesat dan menyesatkan, bapak empat anak ini justru ingin bertemu dengan MUI untuk minta penjelasan di mana letak kesesatannya, namun hingga kini dia belum juga dipanggil MUI setempat. Menurut putra salah seorang pendekar Banten ini, dakwah zaman sekarang telah terkalahkan oleh dangdut koplo. Ketika dia diundang dakwah di suatu tempat, kemudian di radius lima atau sepuluh kilometer ada dangdut koplo, maka yang datang ke pengajiannya itu tidak sebanyak mereka yang menghadiri dangdut koplo. “Hal inilah yang membuat saya melakukan dakwah dalam kubur ini,” katanya. Alasan kedua, kata Gus Nur, menurut pengalaman dakwahnya di Probolinggo, jika ada tabligh maka tak cukup satu penceramah. Kadang empat sampai lima orang penceramah dalam sekali tampil. “Saya sering dapat giliran nomor tiga atau empat. Kira-kira hari sudah malam, pukul 24.00 saya baru naik podium. Saat orang-orang sudah pada ngantuk. Lalu materi yang mau dibahas apa juga? Semua materi sudah dikupas habis,” ujarnya. Dari sinilah dia mulai berpikir dan mulai mengurangi jadwal pengajian atau ceramah di podium. Apalagi ia merasa cukup stres dengan dakwah model podium karena tak ada hasilnya. “Misalnya ada 200 kursi undangan di pengajian, tapi yang datang cuma 10. Ratusan bangku lain kosong, secara psikologis ini menjadi beban,” terangnya. Karena alasan-alasan itu pula, dakwah dalam kubur bermula. Sebelumnya, Gus Nur juga mengaku pernah meniru dakwah ala Nabi Musa ketika bertemu Fir’aun dan mengubah tongkat menjadi ular. Dia berdakwah ke mana-mana dengan membawa tongkat dan mengubahnya menjadi ular. “Tapi orang-orang bilang itu rekayasa dan sihir,” katanya. Ia juga pernah menerapkan dakwah ala Nabi Ibrahim yang dimasukkan ke dalam kobaran api dan dibakar. Tapi lagi-lagi dianggap aneh. Audiens malah menganggapnya sedang bermain kuda lumping. Pilihan dengan dakwah dengan cara dikubur ini, menurut Gus Nur dilakukannya setelah melalui proses panjang. Dia merasa lebih pas dengan dakwah dalam kubur, karena berdampak terhadap ketentraman dalam kehidupan rumah tangganya. Dia mengaku kian menyayangi anak dan istrinya. “Dalam tiap hembusan napas saya ini, yang terasa hanya dekat mati saja. Sentuhannya lebih bermakna di sini,” ujarnya yang merasa sreg dengan cara dakwahnya yang terakhir, dikubur. Sebelum mendalami agama, Gus Nur mengaku sudah sering dikubur hidup-hidup. Namun, hal itu dia lakukan untuk mencari nafkah. Dulunya, lelaki bertubuh gempal ini adalah pemain debus. Ditusuk, dibakar, semua sudah dia lakukan untuk mencari makan. Dia pun pada awalnya tidak pernah shalat, apalagi ngaji, karena memang pada awalnya dia buta soal agama. Namun sejak kematian sang ayah pada tahun 1998 silam, dia mulai mendalami agama. Dakwah kubur ini dia lakukan dalam rangka balas budi terhadap sang ayah yang dipanggilnya abah. “Saya ingin ketemu dengan abah saya dalam surga-Nya Allah. Saya akan tetap memanfaatkan warisan abah yang secuil ini untuk saya implementasikan di jalan Allah,” ungkapnya. Menurut Gus Nur, dakwah kubur yang dilakukannya bertujuan untuk lebih mendekatkan dirinya dengan Allah. Semakin sering dia dikafani, maka akan kian muncul kesadaran dalam dirinya untuk lebih sering mengingat mati. Meski demikian, ia mengaku sering pula mendapatkan gangguan. Tak jarang ketika dia berceramah dari dalam kubur, dia kerap diganggu binatang-binatang kecil seperti semut, kalajengking dan serangga lainnya. Bahkan Gus Nur mengaku pernah terendam lumpur karena liang kubur yang mengeluarkan air.
0 Response to "Dakwah dalam kubur"
Posting Komentar