Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Apakah Yesus benar-benar ada?


Apakah Yesus benar-benar ada?
IDENTITAS KELAHIRAN
Apakah Yesus Kristus benar-benar ada atau apakah  kekristenan dibangun berdasarkan legenda saja?.
Beberapa pakar mempertanyakan keberadaan Yesus, namun cukup banyak musuh kekristenan mencoba
membuktikan Yesus tidak pernah ada. Dalam sebuah tuntutan hukum terhadap Vatikan,  gereja dituduh
menciptakan kisah keberadaan Yesus. Kasus  tersebut  diajukan ke pengadilan oleh Luigi Casciolli,
Februari 2006, namun ditolak dan ditutup oleh pengadilan. Argumen menentang keberadaan Yesus
disiarkan ke publik oleh jaringan televisi CNN, ketika Ketua Ateis Amerika Ellen Johnson menyatakan,
“Kenyataannya, tidak ada sedikitpun bukti dari sumber sekuler bahwa Yesus Kristus itu
ada.” Yesus Kristus dan  kekristenan adalah agama  modern. Dan Yesus Kristus adalah
penggabungan dari tuhan-tuhan lain: Osiris dan Mithras, yang punya kesamaan asal-usul,
kesamaan kematian seperti mitos Yesus Kristus,” (ateis, Ellen Johnson).
Johnson dan panel para pemimpin religius pita-biru mendiskusikan pertanyaan “Apa yang terjadi setelah
kita meninggal dunia” dalam acara televisi Larry King di CNN. King yang biasanya lancar berbicara
sempat terdiam, merenung, dan kemudian mengatakan, “Jadi  Anda tidak percaya keberadaan Yesus
Kristus?”.Dengan nada yakin, Johnson menjawab,”Tidak pernah ada. Ini bukan apa yang saya percaya;
tidak ada bukti sekuler bahwa JC, Yesus Kristus, pernah ada (hidup).” King tidak meneruskan diskusi dan
langsung masuk iklan. Setelah itu, tidak ada diskusi mengenai bukti mendukung atau menentang
keberadaan Yesus. Pemirsa televisi internasional itu dibiarkan terheran-heran.[1]
Lima puluh tahun lalu, dalam bukunya  Kenapa Saya Bukan  Orang Kristen, penganut ateis Bertrand
Russell mengagetkan generasinya dengan mempertanyaan eksistensi Yesus. Dia menulis, “Dari sudut
pandang sejarah cukup diragukan apakah Yesus Kristus benar-benar ada, dan jika  Dia ada, kita tidak
mengetahui apapun mengenaiNya. Jadi saya tidak begitu mempedulikan pertanyaan historis itu, yang
sangat sukar.”[2]
Apa ada kemungkinan Yesus yang dipercaya begitu banyak orang pernah hidup, ternyata tidak pernah
ada? Dalam  kisah  peradaban, sejarahwan sekuler Will Durant mengungkapkan pertanyaan ini,” Apa
Yesus ada (pernah hidup/eksis)?.” Apakah cerita-cerita dari para pendiri kekristenan adalah produk dari
kepedihan, imajinasi, dan harapan manusia  — mitos yang bisa disejajarkan dengan legenda Krishna,
Osiris, Attis, Adonis, Dionysus, dan Mithras?.”[3] Durant memperlihatkan bagaimana kisah kekristenan,
“Dicurigai banyak kemiripan dengan legenda dewa-dewa (tuhan-tuhan pagan).”[4] Dalam artikel ini, kita
akan lihat bagaimana sejarahwan besar ini menjawab pertanyaannya sendiri mengenai eksistensi Yesus.
Jadi, bagaimana kita tahu dengan meyakinkan bahwa orang ini, yang dipuja orang dan  dikutuki orang
lain, nyata adanya?. Apakah Johnson benar, ketika dia menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah
penggabungan dari tuhan-tuhan lain?”, dan Russell benar ketika dia menyatakan keberadaan Yesus ”
cukup diragukan”?



Mitos Vs Realitas
Mari kita mulai dengan pertanyaan yang lebih fundamental: apa yang membedakan mitos dengan realitas
atau kenyataan?. Bagaimana caranya kita tahu, contohnya, apakah Alexander Agung benar-benar ada?
Andaikata, tahun 336 SM, Alexander Agung jadi raja Makedonia pada usia 20 tahun. Seorang jenius
militer, pemimpin tampan dan sombong ini melakukan pembantaian dari desa ke desa, kota ke kota, dan 2
di seluruh kerajaan-kerajaan Yunani  – Persia sehingga dia menguasai semuanya. Dalam waktu singkat,
hanya delapan tahun, pasukan Alexander menempuh perjalanan penaklukan sejauh 22.000 mil.
Dikabarkan, Alexander menangis ketika tidak ada lagi wilayah yang akan ditaklukkannya (saya merasa,
inilah orang yang saya tidak ingin mengajaknya main monopoli.)
Sebelum dia meninggal di usia 32, pencapaian militer Alexander dikabarkan lebih besar dari penaklukan
militer siapapun sepanjang sejarah. Bukan hanya para raja yang hidup sebelumnya, tapi juga mereka yang
lahir sesudahnya sepanjang sejarah kita. Tapi hari ini, selain beberapa kota yang diberi nama Alexandria,
film membosankan yang dibuat Oliver Stone, dan beberapa buku, warisannya sudah lama dilupakan. Pada
kenyataannya, nama Colin Farrell lebih mampu membuat film sangat laku (box office) daripada nama
Alexander. Meski film itu gagal, para sejarahwan percaya Alexander ada karena tiga alasan utama:
•  dokumentasi!tertulis!dari!sejarahwan!terdahulu
•  dampak sejarah
•  bukti-bukti sejarah lainnya dan bukti arkeologi
Dokumen Sejarah Tentang Yesus
Sejarah Alexander Agung dan penaklukan militernya diperoleh dari lima sumber kuno, yang semuanya
bukan saksi mata. Kendati ditulis 400 tahun setelah Alexander, tulisan Plutarch berjudul Kehidupan
Alexander merupakan catatan utama kehidupannya.
Karena Plutarch dan para penulis lain terpisah beberapa ratus tahun dari saat kehidupan Alexander, maka
mereka mendasarkan informasinya dari informasi-informasi yang sudah ada sebelumnya. Dari dua puluh
catatan sejarah Alexander, tidak satupun ada sampai sekarang (sudah musnah). Catatan yang lebih
kemudian memang ada, tapi tiap kisah memperlihatkan “Alexander” yang berbeda, yang kebanyakan
bergantung pada imajinasi kita. Namun meski dengan perbedaan waktu beberapa ratus tahun, para
sejarahwan yakin bahwa Alexander merupakan manusia nyata dan detil-detil utamanya, seperti yang kita
baca mengenai kehidupannya benar.
Melihat Alexander sebagai titik referensi, kita catat apa yang dikatakan sejarahwan religius dan sekuler
mengenai Yesus. Tapi kita harus bertanya, apakah sejarah yang mereka tuliskan itu bisa diandalkan dan
obyektif? Mari kita lihat sekilas.
Perjanjian Baru
Ke 27 buku Perjanjian Baru diklaim ditulis oleh penulis yang tahu secara langsung mengenai Yesus atau
menerima informasi dari mereka yang kenal langsung. Empat Injil menceritakan  kehidupan dan
pengajaran Yesus dari perspektif berbeda. Tulisan-tulisan ini diteliti dengan sangat ketat oleh para ahli
dari dalam dan dari luar kekristenan.
Pakar John Dominic Crossan percaya, hanya kurang dari 20 persen dari apa yang kita baca di Injil secara
orisinil berasal dari perkataan Yesus. Kendati ini pandangan skeptis, tidak dipersoalkan mengenai Yesus
benar-benar pernah hidup. Kendati ada pandangan Crossan dan beberapa ahli lain, konsensus sebagian
besar sejarahwan adalah catatan Injil yang memberi kita gambaran jelas mengenai Yesus Kristus.
Mengenai apakah catatan Injil itu benar, ada artikel tersendiri (Lihat “Yesus.doc”). Jadi, kita akan melihat
sumber-sumber non-Kristen untuk menjawab pertanyaan kita mengenai apakah Yesus ada (eksis).3
Catatan Awal Non-Kristen
Jadi, sejarahwan abad pertama mana yang menulis mengenai Yesus, tapi tidak punya agenda kekristenan?
Pertama-tama, mari kita lihat musuh-musuh Yesus.
Orang Yahudi yang memusuhiNya punya keuntungan terbesar dengan cara meniadakan keberadaan
Yesus. Tapi bukti memperlihatkan arah sebaliknya. “Beberapa tulisan Yahudi menceritakan kehidupan
nyata manusia Yesus. Dua buku Gemara dari Talmud Yahudi mencatat Yesus. Kendati hanya disinggung
sedikit kalimat yang dimaksudkan untuk menentang KeTuhanan Yesus, tulisan sangat awal Yahudi ini
tidak memulai argumennya dengan pernyataan bahwa Dia bukan orang yang pernah hidup (bukan tokoh
sejarah)[5]
Flavius Josephus adalah sejarahwan terkemuka Yahudi yang mulai menulis pada zaman Romawi di tahun
67. Josephus, yang lahir hanya beberapa tahun setelah Yesus meninggal, tentu sangat tahu reputasi Yesus
dimata orang Yahudi dan Romawi. Dalam tulisan terkenalnya, Jaman Kuno Yahudi (a.d. 93), Josephus
menulis Yesus sebagai manusia nyata. ” Pada masa kehidupan Yesus, seorang yang suci, mungkin seperti
itu Dia dipanggil, karena Dia melakukan hal-hal luar biasa, dan mengajar orang-orang, dan dengan
gembira menerima kebenaran“. Dia dipercayai oleh banyak orang Yahudi dan Yunani. Dia adalah
Mesias.”[6] Kendati ada perdebatan mengenai beberapa kata dari catatannya, terutama berkaitan dengan
Yesus sebagai Mesias (para ahli yang skeptis berpikir bahwa orang Kristen menyisipkan kalimat ini), bisa
dipastikan Josephus mengkonfirmasikan keberadaan (eksistensi) dari Yesus.
Bagaimana dengan sejarahwan sekuler  — mereka yang hidup di  zaman itu tapi tidak punya motivasi
religius? Saat ini, ada konfirmasi sedikitnya 19 penulis sekuler yang mencatat Yesus sebagai manusia
nyata.[7]
Salah satu sejarahwan terkemuka , Cornelius Tacitus, menegaskan bahwa Yesus telah menderita dibawah
(pemerintahan Pontius) Pilatus. Tacitus lahir 25 tahun setelah Yesus wafat, dan dia melihat bagaimana
penyebaran  kekristenan mulai memberi dampak terhadap Roma. Sejarahwan Romawi menulis secara
negatif mengenai Yesus dan orang Kristen, mengidentifikasi mereka, di tahun 115, sebagai ” ras manusia
yang tidak disukai karena perilaku jahatnya, dan secara umum disebut Kristiani”. Nama itu diambil dari
Kristus, yang pada pemerintahan Tiberius, menderita dibawah Pontius Pilatus, Penguasa Yudea.”[8]
Fakta-fakta mengenai Yesus di bawah ini ditulis oleh sumber-sumber non-Kristen:
• Yesus dari Nazareth.
• Yesus hidup secara bijak dan saleh/suci.
• Yesus disalibkan di Palestina dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, pada saat Tiberius jadi
kaisar ketika Paskah, dan disebut sebagai Raja Orang Yahudi.
• Yesus dipercaya oleh para muridNya telah mati dan bangkit dari kubur tiga hari kemudian.
• Para musuh Yesus mengakui Dia melakukan tindakan tidak-biasa (mukjizat), yang mereka sebut
sebagai sihir.
• Kelompok kecil murid Yesus berlipat ganda dengan cepat, meluas sampai mencapai Roma.
• Para murid Yesus menolak politeisme, hidup bermoral (suci), dan memuja Yesus sebagai
ALLAH.
Ahli teologi Norman Geisler mencatat :
“ Penggambaran ini sangat cocok dengan apa yang ada di Perjanjian Baru.”[9]4
Semua di atas adalah catatan independen, religius dan sekuler, membicarakan manusia nyata yang cocok
dengan Yesus di Injil. Ensiklopedia Britannica mencatat sejumlah tulisan sekuler sebagai bukti yang
meyakinkan bahwa Yesus itu ada (eksis). Dituliskan,
    “Catatan-catatan independen ini membuktikan bahwa di zaman purba, bahkan oleh para
musuh kekristenan tidak ragu akan Yesus sebagai tokoh sejarah (ada atau nyata)”.[10]
Dampak Historis
Perbedaan penting antara sebuah mitos dan manusia nyata adalah bagaimana tokoh itu memberi dampak
historis. Contohnya, buku-buku telah ditulis dan film-film juga telah dibuat mengenai Raja Arthur dari
Camelot dan Ksatria Meja Bundarnya. Karakter-karakter ini telah begitu melekat sehingga banyak orang
percaya mereka pernah ada di zaman itu. Namun para sejarahwan, yang mencari tanda-tanda kehidupan
mereka, tidak bisa menemukan dampak apapun dalam hukum, etika, atau agama. Sebuah kerajaan besar
seperti Camelot tentunya akan meninggalkan jejaknya pada sejarah masa kini.
Ketidakberadaan dampak historis ini mengindikasikan Raja Arthur dan Ksatria Meja Bundar hanyalah
mitos saja. Sejarahwan Thomas Carlyle mengatakan, ” Tidak ada orang besar yang hidup sia-sia. Sejarah
dunia adalah biografi orang besar.”[11] Seperti dicatat Carlyle, hanya orang yang benar-benar ada atau
nyata, bukan mitos, yang memberi dampak pada sejarah.
Sebagai orang yang pernah ada atau hidup, Alexander memberi dampak sejarah oleh penaklukan
militernya, mengubah negara-negara, pemerintahan, dan hukum. Tapi apa dampak Yesus Kristus terhadap
dunia kita?
Pemerintahan Israel dan Romawi di abad pertama sebagian besar tidak tersentuh oleh kehidupan Yesus.
Warga biasa  kekaisaran Romawi tidak tahu Dia ada sampai bertahun-tahun kemudian setelah
kematianNya, budaya Romawi juga sebagian besar tidak terpengaruh oleh ajarannya selama puluhan
tahun, dan diperlukan beberapa ratus tahun sebelum pembunuhan orang Kristen di arena (Coliseum) jadi
rekreasi nasional. Selain itu, dunia hanya tahu sedikit atau tidak sama sekali mengenai Dia. Yesus tidak
pernah jadi panglima sebuah bala tentara.
Dia tidak menulis buku atau mengubah hukum apapun. Para pemimpin Yahudi berharap menghapus
ingatan mengenaiNya, dan tampaknya mereka akan berhasil. Namun, sekarang, Romawi kuno tinggal
reruntuhan. Pasukan Kaisar dan kekuasaan imperial Romawi sudah lenyap. Bagaimana Yesus dikenang
sekarang ini? Apakah dia masih punya pengaruh?
• Lebih banyak buku ditulis mengenai Yesus dibandingkan dengan tokoh lain dalam sejarah.
• Banyak negara menggunakan kata-katanya sebagai dasar bangunan pemerintahan. Menurut
Durant, “Kebesaran Kristus adalah dimulainya demokrasi.”[12]
• Khotbah di bukitnya telah membentuk paradigma baru dalam etika dan moral.
• Sekolah-sekolah, rumah sakit, dan upaya kemanusiaan lain telah dibangun berdasarkan namaNya.
Universitas Harvard, Yale, Princeton, dan Oxford adalah beberapa universitas dimana orang
Kristen perlu diberi ucapan terima kasih karena sudah memulainya.
• Peningkatan peran perempuan di budaya barat, akar jejaknya bisa diusut sampai kepada Yesus.
(Perempuan di  zaman Yesus dipandang inferior dan tidak dilihat sebagai orang sepenuhnya
sampai pengajaranNya diikuti)
• Perbudakan dihapuskan di Inggris dan Amerika juga karena pengajaran Yesus bahwa hidup
manusia itu berharga.5
• Mereka yang pernah mengalami ketergantungan pada obat, alkohol, pelacur, dan yang lainnya
mencari tujuan hidup dan mengklaim Dia sebagai penjelasan perubahan hidup mereka.
• Dua miliar manusia menyebut diri mereka Kristen. Sementara sebagian orang Kristen hanya
tinggal nama saja, tapi bagi yang lain terus memberi dampak terhadap budaya kita dengan
mengajarkan prinsip-prinsip Yesus bahwa hidup itu berharga dan kita harus saling mengasihi.
Yang paling menakjubkan, Yesus memberi semua dampak ini hanya dengan melakukan pelayananNya
selama tiga tahun. Jika Yesus tidak ada (hidup nyata), orang akan heran bagaimana sebuah mitos mampu
begitu besar mempengaruhi sejarah. Ketika sejarahwan H.G. Wells ditanya siapa yang meninggalkan
warisan terbesar terhadap sejarah, dia menjawab,”Dengan tes ini, Yesus berada pada tempat
pertama.”[13]
Bukti-bukti terdokumentasi dan dampak historis menegaskan pada fakta bahwa Yesus itu ada (nyata).
Jika Yesus benar-benar ada, kita juga bisa mengharapkan menemukan jejak kaki secara rinci dalam
sejarah. Mitos tidak meninggalkan konfirmasi detil-detil semacam itu.
Salah satu kunci bagi Durant dan para ahli  lain adalah faktor waktu. Mitos dan legenda biasanya
berkembang selama ratusan tahun — cerita George Washington tidak pernah bohong , sampai dua ratus
tahun kemudian berubah jadi legenda. Berita mengenai  kekristenan, di sisi lain, meluas terlalu cepat
untuk bisa disebut sebagai mitos atau legenda. Jika Yesus tidak pernah ada (nyata), mereka yang
menentang  kekristenan akan langung menyebutNya sebagai mitos sejak semula. Tapi mereka tidak
melakukannya.
Bukti-bukti itu, bersama dengan catatan awal dan dampak historis Yesus Kristus, meyakinkan sejarahwan
skeptis bahwa pendiri kekristenan itu bukan mitos atau legenda.
Tapi ada juga pakar-pakar tentang mitos tidak yakin. Seperti Muggeridge, pakar dari Oxford, CS Lewis,
sejak semula yakin Yesus tidak lebih dari sebuah mitos.
Lewis pernah menyatakan, “Semua agama, karena itu, semua mitologi …. hanyalah ciptaan manusia —
Kristus sama saja dengan loki.”[14] (Loki adalah dewa kuno Norwegia. Seperti Thor, tapi tanpa rambut
kepangnya.)
Sepuluh tahun setelah menyatakan Yesus sebagai mitos, Lewis menemukan rincian sejarah, termasuk
dokumen-dokumen dari para saksi mata, telah membuktikan keberadaanNya.
Yesus Kristus memberi keluasan dampak sejarah seperti gempa besar. Dan gempa bumi ini telah
meninggalkan jejak lebih luas daripada Grand Canyon. Jejak ini berupa bukti-bukti yang meyakinkan
para ahli bahwa Yesus benar-benar ada dan benar-benar memberi dampak pada dunia kita sejak 2.000
tahun lalu.
Salah satu orang yang skeptis, yang berpendapat Yesus hanyalah mitos adalah  wartawan Inggris,
Malcolm Muggeridge. Namun dalam salah satu penugasannya ke Israel, Muggeridge berhadapan dengan
bukti-bukti akan Yesus Kristus yang dia tidak tahu bukti itu ada. Ketika dia memeriksa tempat-tempat
bersejarah — tempat kelahiran Yesus, Nazareth, tempat penyaliban, dan kubur yang kosong — perasaan
keberadaan Yesus mulai muncul.
Belakangan dia menyatakan:6
“Satu ketika saya ada di Tanah Suci untuk membuat tiga program televisi BBC mengenai
Perjanjian Baru yang …. secara pasti menarik saya tentang kelahiran Yesus, pelayanNya,
dan penyalibanNya. …saya jadi sadar bahwa pernah ada seseorang, Yesus, yang juga
ALLAH.”[15]
Beberapa pakar Jerman, yang sangat kritis, pada abad 18 dan 19 juga telah mempertanyakan eksistensi
Yesus, menyebutkan bahwa tokoh kunci seperti Pontius Pilatus dan Imam Kepala Yosep Kayafas di
catatan Injil tidak pernah dikonfirmasikan sebagai manusia nyata. Tidak ada jawaban sampai pertengahan
abad 20.
Tahun 1962, para arkeologi mengkonfirmasikan eksistensi Pilatus ketika mereka menemukan namanya
ada dalam sebuah prasasti batu yang ditemukan. Hampir sama, keberadaan Kayafas tidak pasti sampai
tahun 1990, ketika sebuah kotak berisi tulang-belulang ditemukan dengan namanya ada dikotak itu. Para
arkeolog juga menemukan apa yang mereka percaya sebagai rumah Simon Petrus dan gua dimana
Yohanes Pembaptis membaptis.
Akhirnya, mungkin bukti sejarah paling meyakinkan akan keberadaan Yesus adalah pertumbuhan cepat
kekristenan. Bagaimana hal itu bisa terjadi tanpa Kristus? Bagaimana sekelompok nelayan dan pekerja
lainnya menciptakan Yesus dalam beberapa tahun saja? Durant menjawab pertanyaan awal yang berasal
darinya — apakah Yesus ada? — dengan kesimpulan ini:
Beberapa orang sederhana itu jika saja mampu dalam satu generasi menciptakan satu
pribadi yang sangat kuat dan menarik, mulia dalam etika, dan sangat inspiratif terhadap
visi persaudaraan manusia, akan merupakan mukjizat yang jauh lebih besar dari yang
tercatat di Injil. Setelah dua abad, kritikan keras akan kehidupan, karakter,  dan
pengajaran Kristus, tetap saja jelas dan menjadi bahan paling menarik dalam sejarah
manusia barat.
Putusan Para Ahli
Clifford Herschel Moore, dosen di Universitas Harvard, mempertegas kesejarahan Yesus. “Kekristenan
mengetahui Penyelamat dan Pengampun tidak seperti tuhan-tuhan lain yang sejarahnya terkontiminasi
keimanan mitos. …Yesus adalah manusia historis, bukan karakter mitos. Tidak ada sedikitpun atau ada
penipuan mitos yang masuk dengan sendirinya kepada orang percaya Kristen, imannya didasarkan secara
positif, historis, dan fakta-fakta yang bisa diterima. ”[16]
Beberapa, jika ada, sejarahwan yang serius setuju dengan pernyataan Ellen Johnson dan Bertrand Russell
bahwa Yesus tidak nyata (ada). Dokumentasi luas mengenai kehidupan Yesus yang ditulis oleh para
penulis masa kini, dampak besar pada sejarah, dan konfirmasi tak terbantahkan bukti sejarah telah
membuat para ahli mengakui Yesus benar-benar ada (nyata). Mampukan mitos melakukan itu semua?
Semua, kecuali beberapa pakar yang amat sangat skeptis menyatakan tidak.
Dr. Michael Grant of Cambridge menulis, “Untuk menyimpulkannya, metode kritis modern telah gagal
mendukung teori Yesus adalah mitos. Sudah berkali-kali dijawab kembali dan dituntaskan oleh pakar
terkemuka. Dalam tahun-tahun terakhir ini tidak ada seorang ahli yang melontarkan pernyataan bahwa
Yesus bukan tokoh historis (nyata).”[17]
Sejarahwan Yale, Jaroslav Pelikan, mengatakan, “Apapun yang mungkin dipikirkan seseorang atau
percaya mengenai Dia, Yesus dari Nazareth telah menjadi tokoh dominan dalam sejarah budaya Barat 7
hampir selama dua puluh abad. … mulai dari kelahirannya, dimana sebagian besar manusia menandai
kalendernya, atas namaNya jutaan orang mengutuki dan jutaan lainnya berdoa.”[18]
Apakah Yesus Benar-Benar Bangkit Dari Kematian?
Pertanyaan terbesar masa kini adalah, “Siapa sebenarnya Yesus Kristus? Apakah dia hanya seorang luar
biasa, atau dia ALLAH dalam daging, seperti dipercayai oleh para muridNya Paulus, Yohanes, dan yang
lainnya.  Para saksi mata, bagi Yesus Kristus, berbicara dan bertindak sepertinya mereka percaya Dia
bangkit secara fisik dari kematian setelah penyalibannya. Jika mereka salah maka kekristenan didirikan di
atas kebohongan. Tapi jika mereka benar, mukjizat seperti itu  memperkuat semua yang Yesus katakan
mengenai ALLAH, diriNya, dan kita. Tapi apakah kita percaya pada kebangkitan Yesus hanya dengan
iman saja, tapi apakah ada bukti historis yang kuat? Beberapa ahli skeptis mulai meneliti catatan historis
untuk membuktikan bahwa catatan kebangkitan itu salah. Apa yang mereka temukan?
Klik di sini untuk melihat bukti-bukti untuk klaim yang paling fantastis yang pernah dibuat  —
kebangkitan Yesus Kristus!
End Notes
1. Ellen Johnson and Larry King, “What Happens After We Die?” Larry King Live, CNN, April 14, 2005.
2. Bertrand Russell, Why I Am Not a Christian (New York: Simon & Schuster, 1957), 16.
3. Will Durant, Caesar and Christ, vol. 3 of The Story of Civilization (New York: Simon & Schuster,
1972), 553.
4. Ibid., 557.
5. D. James Kennedy, Skeptics Answered (Sisters, OR: Multnomah, 1997), 76.
6. The Gemaras are early rabbinical commentaries of the Jewish Talmud, a body of theological writings,
dated a.d. 200–500.6 Quoted in Durant, 554.
7. Quoted in D. James Kennedy, Skeptics Answered, (Sisters Oregon: Multnomah Publishers Inc., 1997),
73.
8. Quoted in Durant, 281.
9. Norman Geisler and Peter Bocchino,  Unshakable Foundations (Grand Rapids, MI: Bethany House,
2001), 269.
10. Quoted in Josh McDowell, Evidence That Demands a Verdict, vol. 1 (Nashville: Nelson, 1979), 87.
11. Quoted in Christopher Lee, This Sceptered Isle, 55 B.C.–1901 (London: Penguin, 1997), 1.
12. Will Durant, The Story of Philosophy (New York: Pocket, 1961), 428.
13. Quoted in Bernard Ramm, Protestant Christian Evidences (Chicago: Moody Press, 1957), 163.
14. Malcolm Muggeridge, Jesus Rediscovered (Bungay, Suffolk, U.K.: Fontana, 1969), 8.
15. David C. Downing, The Most Reluctant Convert (Downers Grove, IL: InterVarsity, 2002), 57.
16. Quoted in McDowell, 193.
17. Michael Grant, Jesus (London: Rigel, 2004), 200.
18. Jaroslav Pelikan, Jesus through the Centuries (New York: Harper & Row, 1987)

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Apakah Yesus benar-benar ada?"

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sabtu, 01 Oktober 2011

Apakah Yesus benar-benar ada?

Diposting oleh vicky slanker di 10/01/2011 04:01:00 PM

Apakah Yesus benar-benar ada?
IDENTITAS KELAHIRAN
Apakah Yesus Kristus benar-benar ada atau apakah  kekristenan dibangun berdasarkan legenda saja?.
Beberapa pakar mempertanyakan keberadaan Yesus, namun cukup banyak musuh kekristenan mencoba
membuktikan Yesus tidak pernah ada. Dalam sebuah tuntutan hukum terhadap Vatikan,  gereja dituduh
menciptakan kisah keberadaan Yesus. Kasus  tersebut  diajukan ke pengadilan oleh Luigi Casciolli,
Februari 2006, namun ditolak dan ditutup oleh pengadilan. Argumen menentang keberadaan Yesus
disiarkan ke publik oleh jaringan televisi CNN, ketika Ketua Ateis Amerika Ellen Johnson menyatakan,
“Kenyataannya, tidak ada sedikitpun bukti dari sumber sekuler bahwa Yesus Kristus itu
ada.” Yesus Kristus dan  kekristenan adalah agama  modern. Dan Yesus Kristus adalah
penggabungan dari tuhan-tuhan lain: Osiris dan Mithras, yang punya kesamaan asal-usul,
kesamaan kematian seperti mitos Yesus Kristus,” (ateis, Ellen Johnson).
Johnson dan panel para pemimpin religius pita-biru mendiskusikan pertanyaan “Apa yang terjadi setelah
kita meninggal dunia” dalam acara televisi Larry King di CNN. King yang biasanya lancar berbicara
sempat terdiam, merenung, dan kemudian mengatakan, “Jadi  Anda tidak percaya keberadaan Yesus
Kristus?”.Dengan nada yakin, Johnson menjawab,”Tidak pernah ada. Ini bukan apa yang saya percaya;
tidak ada bukti sekuler bahwa JC, Yesus Kristus, pernah ada (hidup).” King tidak meneruskan diskusi dan
langsung masuk iklan. Setelah itu, tidak ada diskusi mengenai bukti mendukung atau menentang
keberadaan Yesus. Pemirsa televisi internasional itu dibiarkan terheran-heran.[1]
Lima puluh tahun lalu, dalam bukunya  Kenapa Saya Bukan  Orang Kristen, penganut ateis Bertrand
Russell mengagetkan generasinya dengan mempertanyaan eksistensi Yesus. Dia menulis, “Dari sudut
pandang sejarah cukup diragukan apakah Yesus Kristus benar-benar ada, dan jika  Dia ada, kita tidak
mengetahui apapun mengenaiNya. Jadi saya tidak begitu mempedulikan pertanyaan historis itu, yang
sangat sukar.”[2]
Apa ada kemungkinan Yesus yang dipercaya begitu banyak orang pernah hidup, ternyata tidak pernah
ada? Dalam  kisah  peradaban, sejarahwan sekuler Will Durant mengungkapkan pertanyaan ini,” Apa
Yesus ada (pernah hidup/eksis)?.” Apakah cerita-cerita dari para pendiri kekristenan adalah produk dari
kepedihan, imajinasi, dan harapan manusia  — mitos yang bisa disejajarkan dengan legenda Krishna,
Osiris, Attis, Adonis, Dionysus, dan Mithras?.”[3] Durant memperlihatkan bagaimana kisah kekristenan,
“Dicurigai banyak kemiripan dengan legenda dewa-dewa (tuhan-tuhan pagan).”[4] Dalam artikel ini, kita
akan lihat bagaimana sejarahwan besar ini menjawab pertanyaannya sendiri mengenai eksistensi Yesus.
Jadi, bagaimana kita tahu dengan meyakinkan bahwa orang ini, yang dipuja orang dan  dikutuki orang
lain, nyata adanya?. Apakah Johnson benar, ketika dia menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah
penggabungan dari tuhan-tuhan lain?”, dan Russell benar ketika dia menyatakan keberadaan Yesus ”
cukup diragukan”?



Mitos Vs Realitas
Mari kita mulai dengan pertanyaan yang lebih fundamental: apa yang membedakan mitos dengan realitas
atau kenyataan?. Bagaimana caranya kita tahu, contohnya, apakah Alexander Agung benar-benar ada?
Andaikata, tahun 336 SM, Alexander Agung jadi raja Makedonia pada usia 20 tahun. Seorang jenius
militer, pemimpin tampan dan sombong ini melakukan pembantaian dari desa ke desa, kota ke kota, dan 2
di seluruh kerajaan-kerajaan Yunani  – Persia sehingga dia menguasai semuanya. Dalam waktu singkat,
hanya delapan tahun, pasukan Alexander menempuh perjalanan penaklukan sejauh 22.000 mil.
Dikabarkan, Alexander menangis ketika tidak ada lagi wilayah yang akan ditaklukkannya (saya merasa,
inilah orang yang saya tidak ingin mengajaknya main monopoli.)
Sebelum dia meninggal di usia 32, pencapaian militer Alexander dikabarkan lebih besar dari penaklukan
militer siapapun sepanjang sejarah. Bukan hanya para raja yang hidup sebelumnya, tapi juga mereka yang
lahir sesudahnya sepanjang sejarah kita. Tapi hari ini, selain beberapa kota yang diberi nama Alexandria,
film membosankan yang dibuat Oliver Stone, dan beberapa buku, warisannya sudah lama dilupakan. Pada
kenyataannya, nama Colin Farrell lebih mampu membuat film sangat laku (box office) daripada nama
Alexander. Meski film itu gagal, para sejarahwan percaya Alexander ada karena tiga alasan utama:
•  dokumentasi!tertulis!dari!sejarahwan!terdahulu
•  dampak sejarah
•  bukti-bukti sejarah lainnya dan bukti arkeologi
Dokumen Sejarah Tentang Yesus
Sejarah Alexander Agung dan penaklukan militernya diperoleh dari lima sumber kuno, yang semuanya
bukan saksi mata. Kendati ditulis 400 tahun setelah Alexander, tulisan Plutarch berjudul Kehidupan
Alexander merupakan catatan utama kehidupannya.
Karena Plutarch dan para penulis lain terpisah beberapa ratus tahun dari saat kehidupan Alexander, maka
mereka mendasarkan informasinya dari informasi-informasi yang sudah ada sebelumnya. Dari dua puluh
catatan sejarah Alexander, tidak satupun ada sampai sekarang (sudah musnah). Catatan yang lebih
kemudian memang ada, tapi tiap kisah memperlihatkan “Alexander” yang berbeda, yang kebanyakan
bergantung pada imajinasi kita. Namun meski dengan perbedaan waktu beberapa ratus tahun, para
sejarahwan yakin bahwa Alexander merupakan manusia nyata dan detil-detil utamanya, seperti yang kita
baca mengenai kehidupannya benar.
Melihat Alexander sebagai titik referensi, kita catat apa yang dikatakan sejarahwan religius dan sekuler
mengenai Yesus. Tapi kita harus bertanya, apakah sejarah yang mereka tuliskan itu bisa diandalkan dan
obyektif? Mari kita lihat sekilas.
Perjanjian Baru
Ke 27 buku Perjanjian Baru diklaim ditulis oleh penulis yang tahu secara langsung mengenai Yesus atau
menerima informasi dari mereka yang kenal langsung. Empat Injil menceritakan  kehidupan dan
pengajaran Yesus dari perspektif berbeda. Tulisan-tulisan ini diteliti dengan sangat ketat oleh para ahli
dari dalam dan dari luar kekristenan.
Pakar John Dominic Crossan percaya, hanya kurang dari 20 persen dari apa yang kita baca di Injil secara
orisinil berasal dari perkataan Yesus. Kendati ini pandangan skeptis, tidak dipersoalkan mengenai Yesus
benar-benar pernah hidup. Kendati ada pandangan Crossan dan beberapa ahli lain, konsensus sebagian
besar sejarahwan adalah catatan Injil yang memberi kita gambaran jelas mengenai Yesus Kristus.
Mengenai apakah catatan Injil itu benar, ada artikel tersendiri (Lihat “Yesus.doc”). Jadi, kita akan melihat
sumber-sumber non-Kristen untuk menjawab pertanyaan kita mengenai apakah Yesus ada (eksis).3
Catatan Awal Non-Kristen
Jadi, sejarahwan abad pertama mana yang menulis mengenai Yesus, tapi tidak punya agenda kekristenan?
Pertama-tama, mari kita lihat musuh-musuh Yesus.
Orang Yahudi yang memusuhiNya punya keuntungan terbesar dengan cara meniadakan keberadaan
Yesus. Tapi bukti memperlihatkan arah sebaliknya. “Beberapa tulisan Yahudi menceritakan kehidupan
nyata manusia Yesus. Dua buku Gemara dari Talmud Yahudi mencatat Yesus. Kendati hanya disinggung
sedikit kalimat yang dimaksudkan untuk menentang KeTuhanan Yesus, tulisan sangat awal Yahudi ini
tidak memulai argumennya dengan pernyataan bahwa Dia bukan orang yang pernah hidup (bukan tokoh
sejarah)[5]
Flavius Josephus adalah sejarahwan terkemuka Yahudi yang mulai menulis pada zaman Romawi di tahun
67. Josephus, yang lahir hanya beberapa tahun setelah Yesus meninggal, tentu sangat tahu reputasi Yesus
dimata orang Yahudi dan Romawi. Dalam tulisan terkenalnya, Jaman Kuno Yahudi (a.d. 93), Josephus
menulis Yesus sebagai manusia nyata. ” Pada masa kehidupan Yesus, seorang yang suci, mungkin seperti
itu Dia dipanggil, karena Dia melakukan hal-hal luar biasa, dan mengajar orang-orang, dan dengan
gembira menerima kebenaran“. Dia dipercayai oleh banyak orang Yahudi dan Yunani. Dia adalah
Mesias.”[6] Kendati ada perdebatan mengenai beberapa kata dari catatannya, terutama berkaitan dengan
Yesus sebagai Mesias (para ahli yang skeptis berpikir bahwa orang Kristen menyisipkan kalimat ini), bisa
dipastikan Josephus mengkonfirmasikan keberadaan (eksistensi) dari Yesus.
Bagaimana dengan sejarahwan sekuler  — mereka yang hidup di  zaman itu tapi tidak punya motivasi
religius? Saat ini, ada konfirmasi sedikitnya 19 penulis sekuler yang mencatat Yesus sebagai manusia
nyata.[7]
Salah satu sejarahwan terkemuka , Cornelius Tacitus, menegaskan bahwa Yesus telah menderita dibawah
(pemerintahan Pontius) Pilatus. Tacitus lahir 25 tahun setelah Yesus wafat, dan dia melihat bagaimana
penyebaran  kekristenan mulai memberi dampak terhadap Roma. Sejarahwan Romawi menulis secara
negatif mengenai Yesus dan orang Kristen, mengidentifikasi mereka, di tahun 115, sebagai ” ras manusia
yang tidak disukai karena perilaku jahatnya, dan secara umum disebut Kristiani”. Nama itu diambil dari
Kristus, yang pada pemerintahan Tiberius, menderita dibawah Pontius Pilatus, Penguasa Yudea.”[8]
Fakta-fakta mengenai Yesus di bawah ini ditulis oleh sumber-sumber non-Kristen:
• Yesus dari Nazareth.
• Yesus hidup secara bijak dan saleh/suci.
• Yesus disalibkan di Palestina dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, pada saat Tiberius jadi
kaisar ketika Paskah, dan disebut sebagai Raja Orang Yahudi.
• Yesus dipercaya oleh para muridNya telah mati dan bangkit dari kubur tiga hari kemudian.
• Para musuh Yesus mengakui Dia melakukan tindakan tidak-biasa (mukjizat), yang mereka sebut
sebagai sihir.
• Kelompok kecil murid Yesus berlipat ganda dengan cepat, meluas sampai mencapai Roma.
• Para murid Yesus menolak politeisme, hidup bermoral (suci), dan memuja Yesus sebagai
ALLAH.
Ahli teologi Norman Geisler mencatat :
“ Penggambaran ini sangat cocok dengan apa yang ada di Perjanjian Baru.”[9]4
Semua di atas adalah catatan independen, religius dan sekuler, membicarakan manusia nyata yang cocok
dengan Yesus di Injil. Ensiklopedia Britannica mencatat sejumlah tulisan sekuler sebagai bukti yang
meyakinkan bahwa Yesus itu ada (eksis). Dituliskan,
    “Catatan-catatan independen ini membuktikan bahwa di zaman purba, bahkan oleh para
musuh kekristenan tidak ragu akan Yesus sebagai tokoh sejarah (ada atau nyata)”.[10]
Dampak Historis
Perbedaan penting antara sebuah mitos dan manusia nyata adalah bagaimana tokoh itu memberi dampak
historis. Contohnya, buku-buku telah ditulis dan film-film juga telah dibuat mengenai Raja Arthur dari
Camelot dan Ksatria Meja Bundarnya. Karakter-karakter ini telah begitu melekat sehingga banyak orang
percaya mereka pernah ada di zaman itu. Namun para sejarahwan, yang mencari tanda-tanda kehidupan
mereka, tidak bisa menemukan dampak apapun dalam hukum, etika, atau agama. Sebuah kerajaan besar
seperti Camelot tentunya akan meninggalkan jejaknya pada sejarah masa kini.
Ketidakberadaan dampak historis ini mengindikasikan Raja Arthur dan Ksatria Meja Bundar hanyalah
mitos saja. Sejarahwan Thomas Carlyle mengatakan, ” Tidak ada orang besar yang hidup sia-sia. Sejarah
dunia adalah biografi orang besar.”[11] Seperti dicatat Carlyle, hanya orang yang benar-benar ada atau
nyata, bukan mitos, yang memberi dampak pada sejarah.
Sebagai orang yang pernah ada atau hidup, Alexander memberi dampak sejarah oleh penaklukan
militernya, mengubah negara-negara, pemerintahan, dan hukum. Tapi apa dampak Yesus Kristus terhadap
dunia kita?
Pemerintahan Israel dan Romawi di abad pertama sebagian besar tidak tersentuh oleh kehidupan Yesus.
Warga biasa  kekaisaran Romawi tidak tahu Dia ada sampai bertahun-tahun kemudian setelah
kematianNya, budaya Romawi juga sebagian besar tidak terpengaruh oleh ajarannya selama puluhan
tahun, dan diperlukan beberapa ratus tahun sebelum pembunuhan orang Kristen di arena (Coliseum) jadi
rekreasi nasional. Selain itu, dunia hanya tahu sedikit atau tidak sama sekali mengenai Dia. Yesus tidak
pernah jadi panglima sebuah bala tentara.
Dia tidak menulis buku atau mengubah hukum apapun. Para pemimpin Yahudi berharap menghapus
ingatan mengenaiNya, dan tampaknya mereka akan berhasil. Namun, sekarang, Romawi kuno tinggal
reruntuhan. Pasukan Kaisar dan kekuasaan imperial Romawi sudah lenyap. Bagaimana Yesus dikenang
sekarang ini? Apakah dia masih punya pengaruh?
• Lebih banyak buku ditulis mengenai Yesus dibandingkan dengan tokoh lain dalam sejarah.
• Banyak negara menggunakan kata-katanya sebagai dasar bangunan pemerintahan. Menurut
Durant, “Kebesaran Kristus adalah dimulainya demokrasi.”[12]
• Khotbah di bukitnya telah membentuk paradigma baru dalam etika dan moral.
• Sekolah-sekolah, rumah sakit, dan upaya kemanusiaan lain telah dibangun berdasarkan namaNya.
Universitas Harvard, Yale, Princeton, dan Oxford adalah beberapa universitas dimana orang
Kristen perlu diberi ucapan terima kasih karena sudah memulainya.
• Peningkatan peran perempuan di budaya barat, akar jejaknya bisa diusut sampai kepada Yesus.
(Perempuan di  zaman Yesus dipandang inferior dan tidak dilihat sebagai orang sepenuhnya
sampai pengajaranNya diikuti)
• Perbudakan dihapuskan di Inggris dan Amerika juga karena pengajaran Yesus bahwa hidup
manusia itu berharga.5
• Mereka yang pernah mengalami ketergantungan pada obat, alkohol, pelacur, dan yang lainnya
mencari tujuan hidup dan mengklaim Dia sebagai penjelasan perubahan hidup mereka.
• Dua miliar manusia menyebut diri mereka Kristen. Sementara sebagian orang Kristen hanya
tinggal nama saja, tapi bagi yang lain terus memberi dampak terhadap budaya kita dengan
mengajarkan prinsip-prinsip Yesus bahwa hidup itu berharga dan kita harus saling mengasihi.
Yang paling menakjubkan, Yesus memberi semua dampak ini hanya dengan melakukan pelayananNya
selama tiga tahun. Jika Yesus tidak ada (hidup nyata), orang akan heran bagaimana sebuah mitos mampu
begitu besar mempengaruhi sejarah. Ketika sejarahwan H.G. Wells ditanya siapa yang meninggalkan
warisan terbesar terhadap sejarah, dia menjawab,”Dengan tes ini, Yesus berada pada tempat
pertama.”[13]
Bukti-bukti terdokumentasi dan dampak historis menegaskan pada fakta bahwa Yesus itu ada (nyata).
Jika Yesus benar-benar ada, kita juga bisa mengharapkan menemukan jejak kaki secara rinci dalam
sejarah. Mitos tidak meninggalkan konfirmasi detil-detil semacam itu.
Salah satu kunci bagi Durant dan para ahli  lain adalah faktor waktu. Mitos dan legenda biasanya
berkembang selama ratusan tahun — cerita George Washington tidak pernah bohong , sampai dua ratus
tahun kemudian berubah jadi legenda. Berita mengenai  kekristenan, di sisi lain, meluas terlalu cepat
untuk bisa disebut sebagai mitos atau legenda. Jika Yesus tidak pernah ada (nyata), mereka yang
menentang  kekristenan akan langung menyebutNya sebagai mitos sejak semula. Tapi mereka tidak
melakukannya.
Bukti-bukti itu, bersama dengan catatan awal dan dampak historis Yesus Kristus, meyakinkan sejarahwan
skeptis bahwa pendiri kekristenan itu bukan mitos atau legenda.
Tapi ada juga pakar-pakar tentang mitos tidak yakin. Seperti Muggeridge, pakar dari Oxford, CS Lewis,
sejak semula yakin Yesus tidak lebih dari sebuah mitos.
Lewis pernah menyatakan, “Semua agama, karena itu, semua mitologi …. hanyalah ciptaan manusia —
Kristus sama saja dengan loki.”[14] (Loki adalah dewa kuno Norwegia. Seperti Thor, tapi tanpa rambut
kepangnya.)
Sepuluh tahun setelah menyatakan Yesus sebagai mitos, Lewis menemukan rincian sejarah, termasuk
dokumen-dokumen dari para saksi mata, telah membuktikan keberadaanNya.
Yesus Kristus memberi keluasan dampak sejarah seperti gempa besar. Dan gempa bumi ini telah
meninggalkan jejak lebih luas daripada Grand Canyon. Jejak ini berupa bukti-bukti yang meyakinkan
para ahli bahwa Yesus benar-benar ada dan benar-benar memberi dampak pada dunia kita sejak 2.000
tahun lalu.
Salah satu orang yang skeptis, yang berpendapat Yesus hanyalah mitos adalah  wartawan Inggris,
Malcolm Muggeridge. Namun dalam salah satu penugasannya ke Israel, Muggeridge berhadapan dengan
bukti-bukti akan Yesus Kristus yang dia tidak tahu bukti itu ada. Ketika dia memeriksa tempat-tempat
bersejarah — tempat kelahiran Yesus, Nazareth, tempat penyaliban, dan kubur yang kosong — perasaan
keberadaan Yesus mulai muncul.
Belakangan dia menyatakan:6
“Satu ketika saya ada di Tanah Suci untuk membuat tiga program televisi BBC mengenai
Perjanjian Baru yang …. secara pasti menarik saya tentang kelahiran Yesus, pelayanNya,
dan penyalibanNya. …saya jadi sadar bahwa pernah ada seseorang, Yesus, yang juga
ALLAH.”[15]
Beberapa pakar Jerman, yang sangat kritis, pada abad 18 dan 19 juga telah mempertanyakan eksistensi
Yesus, menyebutkan bahwa tokoh kunci seperti Pontius Pilatus dan Imam Kepala Yosep Kayafas di
catatan Injil tidak pernah dikonfirmasikan sebagai manusia nyata. Tidak ada jawaban sampai pertengahan
abad 20.
Tahun 1962, para arkeologi mengkonfirmasikan eksistensi Pilatus ketika mereka menemukan namanya
ada dalam sebuah prasasti batu yang ditemukan. Hampir sama, keberadaan Kayafas tidak pasti sampai
tahun 1990, ketika sebuah kotak berisi tulang-belulang ditemukan dengan namanya ada dikotak itu. Para
arkeolog juga menemukan apa yang mereka percaya sebagai rumah Simon Petrus dan gua dimana
Yohanes Pembaptis membaptis.
Akhirnya, mungkin bukti sejarah paling meyakinkan akan keberadaan Yesus adalah pertumbuhan cepat
kekristenan. Bagaimana hal itu bisa terjadi tanpa Kristus? Bagaimana sekelompok nelayan dan pekerja
lainnya menciptakan Yesus dalam beberapa tahun saja? Durant menjawab pertanyaan awal yang berasal
darinya — apakah Yesus ada? — dengan kesimpulan ini:
Beberapa orang sederhana itu jika saja mampu dalam satu generasi menciptakan satu
pribadi yang sangat kuat dan menarik, mulia dalam etika, dan sangat inspiratif terhadap
visi persaudaraan manusia, akan merupakan mukjizat yang jauh lebih besar dari yang
tercatat di Injil. Setelah dua abad, kritikan keras akan kehidupan, karakter,  dan
pengajaran Kristus, tetap saja jelas dan menjadi bahan paling menarik dalam sejarah
manusia barat.
Putusan Para Ahli
Clifford Herschel Moore, dosen di Universitas Harvard, mempertegas kesejarahan Yesus. “Kekristenan
mengetahui Penyelamat dan Pengampun tidak seperti tuhan-tuhan lain yang sejarahnya terkontiminasi
keimanan mitos. …Yesus adalah manusia historis, bukan karakter mitos. Tidak ada sedikitpun atau ada
penipuan mitos yang masuk dengan sendirinya kepada orang percaya Kristen, imannya didasarkan secara
positif, historis, dan fakta-fakta yang bisa diterima. ”[16]
Beberapa, jika ada, sejarahwan yang serius setuju dengan pernyataan Ellen Johnson dan Bertrand Russell
bahwa Yesus tidak nyata (ada). Dokumentasi luas mengenai kehidupan Yesus yang ditulis oleh para
penulis masa kini, dampak besar pada sejarah, dan konfirmasi tak terbantahkan bukti sejarah telah
membuat para ahli mengakui Yesus benar-benar ada (nyata). Mampukan mitos melakukan itu semua?
Semua, kecuali beberapa pakar yang amat sangat skeptis menyatakan tidak.
Dr. Michael Grant of Cambridge menulis, “Untuk menyimpulkannya, metode kritis modern telah gagal
mendukung teori Yesus adalah mitos. Sudah berkali-kali dijawab kembali dan dituntaskan oleh pakar
terkemuka. Dalam tahun-tahun terakhir ini tidak ada seorang ahli yang melontarkan pernyataan bahwa
Yesus bukan tokoh historis (nyata).”[17]
Sejarahwan Yale, Jaroslav Pelikan, mengatakan, “Apapun yang mungkin dipikirkan seseorang atau
percaya mengenai Dia, Yesus dari Nazareth telah menjadi tokoh dominan dalam sejarah budaya Barat 7
hampir selama dua puluh abad. … mulai dari kelahirannya, dimana sebagian besar manusia menandai
kalendernya, atas namaNya jutaan orang mengutuki dan jutaan lainnya berdoa.”[18]
Apakah Yesus Benar-Benar Bangkit Dari Kematian?
Pertanyaan terbesar masa kini adalah, “Siapa sebenarnya Yesus Kristus? Apakah dia hanya seorang luar
biasa, atau dia ALLAH dalam daging, seperti dipercayai oleh para muridNya Paulus, Yohanes, dan yang
lainnya.  Para saksi mata, bagi Yesus Kristus, berbicara dan bertindak sepertinya mereka percaya Dia
bangkit secara fisik dari kematian setelah penyalibannya. Jika mereka salah maka kekristenan didirikan di
atas kebohongan. Tapi jika mereka benar, mukjizat seperti itu  memperkuat semua yang Yesus katakan
mengenai ALLAH, diriNya, dan kita. Tapi apakah kita percaya pada kebangkitan Yesus hanya dengan
iman saja, tapi apakah ada bukti historis yang kuat? Beberapa ahli skeptis mulai meneliti catatan historis
untuk membuktikan bahwa catatan kebangkitan itu salah. Apa yang mereka temukan?
Klik di sini untuk melihat bukti-bukti untuk klaim yang paling fantastis yang pernah dibuat  —
kebangkitan Yesus Kristus!
End Notes
1. Ellen Johnson and Larry King, “What Happens After We Die?” Larry King Live, CNN, April 14, 2005.
2. Bertrand Russell, Why I Am Not a Christian (New York: Simon & Schuster, 1957), 16.
3. Will Durant, Caesar and Christ, vol. 3 of The Story of Civilization (New York: Simon & Schuster,
1972), 553.
4. Ibid., 557.
5. D. James Kennedy, Skeptics Answered (Sisters, OR: Multnomah, 1997), 76.
6. The Gemaras are early rabbinical commentaries of the Jewish Talmud, a body of theological writings,
dated a.d. 200–500.6 Quoted in Durant, 554.
7. Quoted in D. James Kennedy, Skeptics Answered, (Sisters Oregon: Multnomah Publishers Inc., 1997),
73.
8. Quoted in Durant, 281.
9. Norman Geisler and Peter Bocchino,  Unshakable Foundations (Grand Rapids, MI: Bethany House,
2001), 269.
10. Quoted in Josh McDowell, Evidence That Demands a Verdict, vol. 1 (Nashville: Nelson, 1979), 87.
11. Quoted in Christopher Lee, This Sceptered Isle, 55 B.C.–1901 (London: Penguin, 1997), 1.
12. Will Durant, The Story of Philosophy (New York: Pocket, 1961), 428.
13. Quoted in Bernard Ramm, Protestant Christian Evidences (Chicago: Moody Press, 1957), 163.
14. Malcolm Muggeridge, Jesus Rediscovered (Bungay, Suffolk, U.K.: Fontana, 1969), 8.
15. David C. Downing, The Most Reluctant Convert (Downers Grove, IL: InterVarsity, 2002), 57.
16. Quoted in McDowell, 193.
17. Michael Grant, Jesus (London: Rigel, 2004), 200.
18. Jaroslav Pelikan, Jesus through the Centuries (New York: Harper & Row, 1987)

0 komentar on "Apakah Yesus benar-benar ada?"

Posting Komentar